Bogor - Indonesia menjadi tuan rumah The 27th Expert Working Group on The Harmonizations of Phytosanitary Measures (EWGPS) Meeting atau Forum Kelompok Kerja Harmonisasi Tindakan Fitosanitari Ke-27. Kelompok kerja ini penting untuk menyelaraskan ketentuan sanitary and phytosanitary (SPS) serta meningkatkan kapasitas sumber daya manusia.

Pembahasan harmonisasi tersebut untuk memperlancar arus perdagangan di ASEAN, khususnya terkait komoditas tumbuhan. Namun, mengedepankan pelindungan hayati untuk kelestarian sumber daya alam.

"Saya berharap forum ini dapat memfasilitasi perdagangan produk tumbuhan yang aman dan lancar. Tetap menjaga kelestarian sumber daya hayati di ASEAN dengan menerapkan biosekuriti," ujar Kepala Badan Karantina Indonesia (Barantin) Sahat M. Panggabean saat membuka forum di Bogor, Jawa Barat, Senin (7/7).

Menurut Sahat, forum ini berperan sebagai pilar utama kolaborasi teknis organisasi pelindungan tumbuhan atau National Plant Protection Organization (NPPO) di ASEAN untuk memastikan kesehatan tumbuhan yang optimal. Selain itu, juga membangun sistem karantina yang tangguh di kawasan ASEAN.

"Kontribusi teknis bersama melalui forum ini sangat berharga dalam mewujudkan tujuan mulia pembentukan kelompok kerja ini. Saya mendorong selama pertemuan ini dapat berpartisipasi aktif, konstruktif, dan berbagi perspektif yang beragam untuk memperkuat kemampuan kolektif ASEAN dalam melindungi sumber daya alam hayati bersama dari ancaman biosekuriti, tanpa harus menghambat perdagangan," imbuh Sahat yang didampingi Deputi Bidang Karantina Tumbuhan Bambang.

Ketua sidang dari Indonesia Aprida Cristin sekaligus selaku Direktur Manajamen Risiko Karantina Tumbuhan Barantin dan Wakil Ketua dari Laos Phonethip Sommany. Forum yang berlangsung dua hari, 7-8 Juli 2025, di antaranya membahas agenda harmonisasi persyaratan fitosanitari impor tanaman, peningkatan keahlian nasional dan ASEAN dalam Analisis Risiko Hama (Pest Risk Analysis/PRA) & Keadaan Tanggap Darurat dan manajemen serangan (biosekuriti berbasis risiko), meningkatkan kapasitas dan kemampuan diagnostik regional ASEAN, dan mengidentifikasi tindakan perlakuan sesuai fitosanitari.

Delegasi negara yang hadir langsung dari Thailand, Indonesia, Malaysia, Kamboja, Myanmar, Singapura, Laos, dan Filipina, serta Sekretariat ASEAN. Sedangkan delegasi yang hadir secara daring, yakni Vietnam, dan Brunei Darussalam.

Turut hadir memberikan paparan dari perwakilan CABI, organisasi internasional nirlaba yang menyediakan informasi mengenai pertanian dan lingkungan, Organisasi Penelitian Ilmiah dan Industri Persemakmuran (CSIRO), dan Kantor Pertanian dan Agri-pangan Indo-Pasifik Kanada (IPAAO). (UN)

Narahubung:
Kepala Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Utama Badan Karantina Indonesia

Siaran Pers Badan Karantina Indonesia

Nomor: 0607/R-Barantin/07.2025
Bogor, 08 Juli 2025

Perlancar Arus Perdagangan, EWGPS Harmonisasikan Tindakan Fitosanitari di ASEAN