Karantina Jakarta menyelenggarakan Temu Teknis Karantina bertajuk “Perkuat Sistem Biosecurity dan Pengawasan Keamanan Pangan dalam Penyelenggaraan Karantina Tumbuhan”. Kegiatan berlangsung selama tiga hari ini dihadiri lebih dari 100 peserta dari berbagai unit kerja lingkup Badan Karantina Indonesia.

Kegiatan ini dihadiri oleh Pejabat Tinggi lingkup Badan Karantina Indonesia, Pejabat Karantina Tumbuhan, serta perwakilan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional, dan Badan Pengawas Tenaga Nuklir.

Kegiatan ini bertujuan memperkuat konsolidasi dan koordinasi internal bidang karantina tumbuhan, baik pada tahap pre-border, at border, maupun post-border. Selain itu, temu teknis ini menjadi wadah peningkatan kualitas pengawasan dan pelayanan perkarantinaan pada seluruh pintu pemasukan dan pengeluaran komoditas impor, ekspor, serta antar area.

Kepala Badan Karantina Indonesia, Sahat Manaor Panggabean, dalam sambutannya menegaskan bahwa penguatan biosekuriti dan keamanan pangan menjadi sangat penting di tengah meningkatnya sorotan publik terhadap isu-isu terbaru. Beberapa kasus yang mencuat antara lain temuan zat radioaktif Cesium-137 pada produk ikan dan cengkeh tujuan Amerika Serikat, pemusnahan cabai dan mentimun positif OPTK akibat benih ilegal dari China, serta dugaan kandungan sianida pada buah anggur shine muscat asal China.

Sahat menekankan bahwa tugas Badan Karantina Indonesia sangat relevan dengan agenda Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, khususnya dalam penguatan pertahanan non-militer dan mendorong kemandirian bangsa melalui ketahanan pangan, energi, dan ekonomi hijau-biru

“Badan Karantina Indonesia tidak hanya memproteksi sumber daya alam hayati dari ancaman HPHK, HPIK, dan OPTK, tetapi juga melindungi masyarakat dari produk pangan impor yang berpotensi mengandung cemaran kimia, biologis, dan logam berat. Selain itu, kita juga berperan sebagai economic tools yang mendukung keberterimaan produk Indonesia di pasar global,” tegas Sahat.

Adapun didalam kegiatan Temu Teknis Karantina ini peserta mendapatkan berbagai materi strategis dari lintas kementerian dan lembaga, antara lain; Dampak pestisida dan sianida pada pangan (BRIN), Teknik deteksi zat radioaktif pada komoditas pangan serta bahaya Cesium-137 (Bapeten), Persiapan SSm-QC Ekspor, Integrasi tindakan karantina tumbuhan dengan pengawasan PSAT, Manajemen risiko MP OPTK dan penerapan protokol di UPT dan Standar prasarana dan sarana instalasi karantina tumbuhan. Seluruh rangkaian disampaikan melalui pemaparan, arahan, serta sesi diskusi interaktif.

Melalui pertemuan ini, Badan Karantina Indonesia menargetkan sejumlah capaian, antara lain meningkatnya kepatuhan pelaku usaha terhadap kewajiban perkarantinaan, percepatan quarantine clearance serta kelancaran arus logistik, hingga jaminan keamanan dan mutu produk pangan dan pakan yang keluar maupun masuk ke Indonesia.

Kepala Karantina Jakarta, Amir Hasanuddin, menyampaikan komitmen bahwa kegiatan ini menjadi momentum untuk memecahkan berbagai kebuntuan teknis serta menghadirkan terobosan kebijakan yang dapat diimplementasikan secara seragam di seluruh UPT. Ia juga menegaskan kontribusi kegiatan ini dalam mewujudkan Badan Karantina Indonesia yang KUAT, Kompeten, Unggul, Amanah, dan Tangguh.

Kepala Badan Karantina Indonesia turut memberikan apresiasi kepada seluruh peserta, terutama Karantina Jakarta sebagai koordinator regional yang konsisten mempererat kerja sama antar-UPT dan antarbidang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan.

Karantina Jakarta Gelar Temu Teknis Karantina untuk Perkuat Biosecurity & Pengawasan Keamanan Pangan