Karantina Jakarta menyelenggarakan kegiatan Coffee Morning sekaligus Temu Teknis bersama lintas instansi lingkup Bandara Halim Perdanakusuma. Kegiatan yang mengusung tema “Perkuat Manajemen Pre Border Karantina dalam Rangka Kelancaran Arus Barang dan Penumpang melalui Penerapan All Indonesia di Bandara Halim Perdanakusuma” ini bertujuan mempererat koordinasi antarinstansi di lingkungan Bandara Halim Perdanakusuma.

Kepala Karantina Jakarta, Amir Hasanuddin, dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan ajang silaturahmi sekaligus langkah strategis memperkuat sinergi pengawasan dan pelayanan karantina. “Bandara Halim Perdanakusuma telah ditetapkan sebagai salah satu pintu pemasukan dan pengeluaran komoditas hewan, ikan, dan tumbuhan. Layanan karantina di Halim kini telah berbasis digital melalui sistem BEST TRUST, yang memungkinkan proses pengajuan, verifikasi, pemeriksaan, hingga pelepasan dapat dilacak secara transparan,” ujar Amir.

Lebih lanjut, Amir menegaskan pentingnya kolaborasi antarinstansi dalam mencegah peredaran media pembawa hama penyakit yang tidak dilengkapi dokumen karantina. “Fungsi karantina bukan hanya pelayanan, tetapi juga pengawasan. Diperlukan kerja sama erat dengan pihak bandara, Bea Cukai, dan instansi keamanan agar pengawasan berjalan optimal,” tambahnya.

Diskusi panel menghadirkan narasumber dari berbagai instansi, antara lain BBKHIT DKI Jakarta, KSO Bandara Halim Perdanakusuma, Lanud Halim Perdanakusuma, dan Bea Cukai Pasar Baru. Dalam paparannya, perwakilan KSO Operasional Halim Perdanakusuma, menekankan pentingnya sinergi lintas instansi agar layanan karantina dapat berjalan lancar tanpa menghambat jadwal penerbangan. Ia juga mendorong pembentukan grup koordinasi daring untuk mempercepat komunikasi antarunit di bandara.

Dari pihak karantina, Fauziah, menyoroti pentingnya pengawasan berbasis risiko terhadap media pembawa penyakit dan penguatan pengawasan terhadap Invasive Alien Species (IAS). “Tidak semua tindakan karantina dilakukan secara seragam, melainkan berdasarkan tingkat risiko komoditas. Pendekatan ini lebih efektif dan efisien,” jelasnya.

Sementara itu, Nur Laela dari Bea Cukai menambahkan bahwa pihaknya terus berkoordinasi dalam pengawasan barang bawaan penumpang dan kargo. Ia juga menekankan pentingnya kesadaran deklarasi barang oleh penumpang, terutama untuk komoditas pameran atau barang yang akan kembali ke Indonesia.

Dukungan juga datang dari Komandan Lanud Halim Perdanakusuma, Kolonel Ilham, yang menyatakan kesiapannya memperkuat kolaborasi dalam pengawasan lapangan. “Kami siap mendukung kegiatan karantina dengan berbagi informasi dan pengawasan bersama,” ujarnya.

Diskusi yang diikuti oleh perwakilan AVSEC, Citilink, dan instansi lain menghasilkan beberapa kesepakatan tindak lanjut, antara lain mekanisme pelaporan barang sitaan ke karantina, penyusunan panduan identifikasi barang karantina bagi maskapai, serta peningkatan edukasi kepada penumpang agar tidak membawa komoditas berisiko tinggi tanpa dokumen resmi.

Melalui kegiatan ini, Karantina Jakarta berharap sinergi antarinstansi di Bandara Halim Perdanakusuma semakin solid dalam memastikan keamanan hayati negara serta mendukung kelancaran arus barang dan penumpang melalui penerapan sistem All Indonesia.

Karantina Jakarta Perkuat Sinergi Pengawasan Karantina di Bandara Halim Perdanakusuma